Demokrasi Baru diDepan Mata

" Kampusku Sudah Tak Hijau Lagi"
 Sebuah cerita sebagai bentuk refresentatif dalam upaya peningkatan kualitas mahasiswa dengan gerakan yang berorientasi kearah perubahan pada segala bentuk kebijakan yang dipandang gagal.

...

“Sejatinya, taman tak pernah tersenyum jika langit tak menangis. Biarkanlah tetesan-tetesan bening di setiap taman hati kita mengalir menjadi arus semangat yang bermuara pada samudera kesabaran dan berujung pada puncak kemenangan”
...

                “Kampusku Sudah Tak HijauLagi”,,, Tak ada yang salah dengan kata- kata itu. Warna hijau yang harus nya menggambarkan keteduhan, Ketenangan dan warna yang harusnya mampu merefresentasikan bentuk perdamaian ini, perlahan luntur terdegradasi kebijakan dan retorika pembodohan para pengambil kebijakan.
                Sudah terlalu banyak HAK yang terabaikan sampai hari ini, Sampai hak akan penyampaian pendapat pun perlahan dibuat diam. Birokrasi yang harusnya mampu membimbing dan menjadi pengarah sampai hari ini  terus membuat jalan yang kita tempuh selalu berbelok terlalu jauh, tak ada sedikitpun kemudahan yang Nampak disitu.
                Dari awal Kita sudah disajikan hidangan pembodohan. Janji Hanya tinggal Janji, setelah itu mereka bersembunyi.. Kita ditipu sejak pertama kaki melangkah di kampus ini. Dengan dalih ketertiban, Mahasiswa dijadikan sapi perah dan hasilnya entah kemana?. Tak cukup sampai disitu alasan keamanan membuat hak kita kembali terenggut, Orientasi Mahasiswa baru yang seharusnya menjadi satu moment  bagi kita untuk menanamkan serta membentuk karakter dasar kepada  saudara- saudara kita Mahasiswa Baru kini tak terasa lagi. Tapi saat terjadi konflik saudara dirumah kita sendiri, entah kemana para pemimpin, Hanya mengintip dari trali besi atau duduk manis di ruangan ber-AC?. Mereka tak mampu mengambil tindakan / tidak punya upaya untuk mendamaikan dengan cara memediasi atau apapun. Ini bukan kebudayaan, ini jelas ketidak mampuan para pemimpin dalam mengatasi permasalahan internal kemahasiswaaan.. MEMPRIHATINKAN.
         Sudah Saatnya Mahasiswa menempatkan diri sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan. Mahasiswa harus memperjuangkan HAK melalui perjuangannya. Generasi muda yang relatif bersih dari berbagai kepentingan akan menjadi asset yang potensial dan mahal dimasa depan. Saatnya pemuda memimpin perubahan. Pemuda yang tergabung dalam berbagai Organisasi yang ada, pemuda yang memiliki persyaratan awal untuk memimpin perubahan. Mereka memahami dengan baik kondisi daerahnya dari berbagai sudut pandang. Kemudian proses kaderisasi formal, informal dalam organisasi, serta interaksi yang kuat dengan berbagai lapisan sosial.
Hari ini (11 Oktober 2012) kelompok mahasiswa atas nama Mahasiswa Teknik Bersatu untuk Perubahan, yaitu kelompok mahasiswa yang dimotori oleh beberapa orang dari konsolidasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Fakultas Teknik. dengan tujuan menciptakan revolusi baru atas kebijakan pimpinan fakultas serta merebut kembali demokrasi mahasiswa.
Hari ini Bayu dari HMJ Elektro (HME) berperan sebagai seorang KORLAP 1 ( Koordinator Lapangan) dan saya (adi Putra) Atas nama Mahasiswa Teknik indefendent sebagai KORLAP 2 dan dipimpin oleh Cris Purba dari HMJ sipil (HMS) sebagai KORAK (Koordinator Aksi).
Dengan tegas Kami mengajak serta menyampaikan tujuan dan mekanisme aksi yang melalui kesepakatan harus berlangsung damai. sebenarnya, ini bukan aksi pertama yang dilakukan mahasiswa teknik, sudah berulang kali namun tidak ada tindakan nyata serta perubahan kongkrit yang menjamin tuntutan mahasiswa diterima dan ditindak lanjuti. Tuntutan utama dari aksi hari ini yaitu mendesak Dekan sebagai pengambil kebijakan tertinggi ditingkat Fakultas untuk menandatangani surat pernyataan sikap yang menegaskan bahwa pihak dekanat siap memenuhi tuntutan mahasiswa.
awalnya aksi berlangsung lancar, namun dipertengahan KORAK menginstruksikan langkah alternatif untuk memblokir kampus karena melihat sikap dari pihak Fakultas yang cenderung menolak untuk menandatangani surat pernyataan yang diajukan Mahasiswa yang berisikan lima poin tuntutan sebagai berikut;
  1. Menghapuskan kabijakan pemotongan 4 sks bagi mahasiswa yang terlambat mengumpulkan KRS.
  2. Menuntut Dekan konsisten dengan komitmen beliau untuk siap mengembalikan uang yang sudah dibayarkan Rp. 100.000, dan meniadakan sanksi.
  3. Peningkatan Kinerja Dosen
  4. Perbaikan serta memperbarui fasilitas belajar.
  5. Melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan yang objek kebijakan nya Mahasiswa
 Untuk Poin 1&2 kami memiliki dasar tersendiri,, sebelum Mahasiswa Aksi pada Hari ini, Kurang lebih satu minggu yang lalu perwakilan mahasiswa sempat bertemu langsung untuk melakukan audiensi guna mengklarifikasi kebijakan ini, dan dekan berkomitmen bahwa beliau siap mengembalikan dan menghapuskan sanksi.
kami menilai ini bukan sikap yang tepat yang harus nya dilakukan oleh seseorang yang notabennya adalah pemimpin, Apa artinya kebijakan??? apakah dibenarkan seorang pemimpin mempermainkan kebijakan seakan-akan sedang menakuti anak kecil..????
 
 Terlepas dari itu semua,,, yang pasti ini menjadi momentum kebangkitan Mahasiswa menuju satu perubahan nyata... Mahasiswa bersatu tak bisa di kalahkan...

Salam perjuangan
Hidup Mahasiswa,-